Wednesday, 14 March 2012

Allah Maha Menyayangi ..

 


Cara Allah Menyayangi Hamba-Nya ( Yang Tidak Difahami Banyak Orang )

Semuga Artikel ini memberikan manafaat kepada diri ku dan para pembaca sekalian .. amin
Kadang manusia tidak memahami bentuk KASIH SAYANG Allah,
DIBUKAnya pintu RIZKI dan KESENANGAN dari Allah….
Dianggap PEMULIAAN dirinya dan KASIH SAYANG dari Allah.
Sebaliknya PEMBATASAN RIZKI dan UJIAN dari Allah…
Dianggap PENGHINAAN dirinya dan KEBENCIAN dari Allah.
”Adapun manusia apabila Tuhannya mengUJInya lalu diMULIAkan-Nya dan diberi-Nya keSENANGan, maka dia berkata: “Tuhanku telah meMULIAkanku”.
”Adapun bila Tuhannya mengUJInya lalu memBATASi RIZKInya maka dia berkata: “Tuhanku mengHINAkanku”.(QS Al-Fajr: 15-16)
Orang yang memahami DUNIA adalah arena UJIAN,
Mereka akan menyikapi KEBAIKAN dan KEBURUKAN adalah UJIAN Allah.
Mereka tidak menganggap KEBAIKAN dari Allah sebagai PEMULIAAN
Dan Mereka tidak menganggap KEBURUKAN dari Allah sebagai PENGHINAAN,
Mereka memahami apa yang dibutuhkan di DUNIA sebagai KEBAIKAN,
Dan mereka memahami apa yang dibutuhkannya di DUNIA sebagai KEBURUKAN,
Bagaimanakah cara Allah menCINTAi dan menSAYANGi hamba-Nya ?
Imam Ja’far al-Shadiq as berkata,
”Jika Allah menCINTAi seorang hamba, Allah ilhamkan kepadanya ketaatan, Allah biasakan ia dengan qana’ah (menerima apa yang ada), Allah karuniakan baginya pemahaman agama, Allah menguatkannya dengan keyakinan, Allah cukupkan baginya dengan sifat al-kafaf (merasa cukup dengan rezeki yang memadai) , Allah memakaikannya dengan sifat al-‘afaf.
Sebaliknya jika Allah memBENCI seorang hamba maka Allah jadikan dia menCINTAi HARTA dan Allah MUDAHkan baginya untuk memPEROLEHnya, Allah iILHAMkan kepadanya DUNIAnya, Allah serahkan dia pada HAWA NAFSUnya, maka ia mengendarai al-‘inaad (keras kepala), ia mudah berbuat fasad (kerusakan), dan menzhalimi hamba-hamba (Tuhan)” (Bihar al-Anwar 103 : 26.)
1. Allah mengILHAMkan kepadanya keTAATan dan selalu meberinya PETUNJUK.
Sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada jiwa semua manusia ketaatan dan maksiat, namun beruntunglah orang yang mengambil ilham ketaatan dan merugilah orang yang mengambil ilham kemaksiatan.
“Maka Allah ilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Al-Syams [91] : 8-9)
Dan Allah mencintai orang yang terilhami oleh ketaatan dan ketakwaan, lalu ia bersegera menyucikan jiwanya dengan melakukan ketaatan dan ketakwaan sehingga Allah akan selalu memberinya petunjuk dengan NUR (cahaya) dan FURQAN (pembeda).
”Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), berTAKWAlah kepada Allah dan berIMANlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan RAHMAT (KASIH SAYANG)-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu NUR (cahaya) yang dengan NUR (cahaya) itu kamu berjalan dengannya dan Dia mengAMPUNi kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al Hadid :28)
”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaTAKWA kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu FURQAAN (pembeda) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Al Anfal :29)
2. Allah membiasakan kepadanya sifat QANA’AH (ridlo menerima pemberian Allah subhanahu wata’ala apa adanya)
“Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus:107)
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an’am 165)
Seseorang mengeluh kepada Imam Ja’far al-Shadiq as tentang ketamakannya yang kian hari bertambah. Imam as menasihatinya, ”Jika engkau merasa beruntung dengan memiliki apa yang mencukupimu, maka engkau akan merasa cukup dengan kebutuhan terkecil dunia ini. Sebaliknya jika engkau tidak merasa puas dengan memiliki kebutuhan-kebutuhan minimum dunia ini, maka seluruh kesenangan duniawi takkan bakal mencukupimu.”
3. Allah memberikannya AL-HIKMAH (kefahaman yang mendalam (FAQIH) dalam ilmu agama)
” Allah menganugrahkan al HIKMAH (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al HIKMAH itu, ia benar-benar telah dianugrahi KARUNIA yang BANYAK. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS Al Baqarah :269)
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka dijadikannya FAQIH (kefahaman yang mendalam) terhadap ilmu agama” (HR.Bukhari-Muslim)
4. Allah akan memberikan SAKINAH dan meneguhkan keIMANanya.
” Dia-lah yang telah menurunkan keTENANGan (SAKINAH) ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keIMANan mereka berTAMBAH di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana…” (QS Al-Fah :4)
5. Allah memberikan UJIAN dan COBAAN.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka ditimpakan ujian padanya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah saww bersabda : ”Jika Allah mencintai seorang hamba maka Allah berikan cobaan baginya. Dan jika Allah mencintainya dengan kecintaan yang sangat maka Allah akan mengujinya.” Para sahabat Nabi bertanya : ”Apakah ujiannya?” Rasulullah saww menjawab : “Tidak sedikit pun Allah tinggalkan baginya harta dan anak.” (Baqir al-Majlisi, Bihar al-Anwar 81 : 188 ;Kanz al-‘Ummal hadits ke : 30793)
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan UJIAN dan COBAAN kepada seorang mukmin sebagaimana seorang suami menjanjikan kepada isterinya dengan HADIAH yang diRAHASIAkan (disembunyikan)-nya.” (Bihar al-Anwar 15 : 56.)
Atau dalam hadits lainnya, Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, ”Sesungguhnya apabila Allah menCINTAi seorang hamba niscaya Dia tenggelamkan hamba tersebut ke dalam COBAAN.” (Bihar al-Anwar 15 : 55)
Suatu hari, Rasulullah shalallahu wa sallam diundang ke rumah salah seorang muslim. Sewaktu beliau tiba di rumahnya, beliau melihat seekor ayam sedang bertelur di sebuah sarang di samping rumah. Beliau melihat telor ayam tersebut tidak jatuh, dan kalaupun jatuh ternyata tidak pecah. Betapa takjubnya Rasullah saww melihat kejadian tersebut. Karena itu, pemilik rumah tersebut bertanya kepada beliau, “Engkau heran melihatnya, ya Rasullah? Demi Allah yang telah memilih Anda sebagai Nabi, sesungguhnya saya selama ini tidak pernah sakit”
Rasulullah segera meninggalkan rumah tersebut, seraya berkata, “Barangsiapa yang tidak pernah mengalami musibah, maka ia jauh dari kasih sayang Allah.” (Baqir al-Majlisi, Bihar al-Anwar 15 : 1 : 53)
6. Allah akan menjaganya dari apa yang diharamkan-Nya
Dari Abu Hurairah Ra: Bersabda Rasulullah Saw,” Sesungguhnya Allah CEMBURU, dan cemburu Allah adalah menCEGAH seseorang mengerjakan apa yang diHARAMkan-Nya” (HR.Bukhari-Muslim)
7. Allah memberikannya sifat al-‘Afaf ( sifat menjaga kehormatan diri dari perbuatan-perbuatan hina)
Diriwayatkan oleh Imam Ja’far al-Shadiq as bahwa Imam Ali as berkata, ”Seutama-utama ibadah adalah al-‘afaf” (Al-Kulayni, Al-Kafi 2 : 79)
Dan sabda Rasulullah saww, ”Sesungguhnya Allah mencintai seorang yang pemalu, yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang hina (al-hayya al-muta’affif)”( Bihar al-Anwar 71 : 270)
8. Allah memasukkannya kedalam Kaum PILIHAN.
”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan menDATANGkan suatu kaum yang Allah menCINTAi mereka dan merekapun menCINTAi-Nya, yang bersikap LEMAH LEMBUT terhadap orang MU’MIN, bersikap TEGAS terhadap orang-orang KAFIR, berJIHAD di jalan Allah, dan TIDAK TAKUT kepada CELAan orang yang suka mencela. Itulah KARUNIA Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Maidah:54)
9. Allah akan memberikannya KHUSNUL KHOTIMAH
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS Al Fajr: 27-30)
Bagaimana Sahabat Hikmah ?
Apakah kita menjadi hamba Allah yang diSAYANG atau diBENCI ?
Semuanya terserah PILIHAN kita…
Firman Allah :
“Dan katakanlah: “KeBENARan itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang INGIN (berIMAN) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang INGIN (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS Al Kahfi : 29)
Wallahu’alam
zakieusof

Saturday, 10 March 2012

Allah Maha Mengetahui .. andai ku tahu




semuga artikel ini menjadi pedoman kepada saya dan para pembaca sekelian.. amin..
Allah Tahu Apa Yang Terbaik Untuk Kita…
Allah tau apa yg terbaik untuk kta…ada hikmah di sebalik d0a kita yg belum termakbul..bersangka baiklah dangan Allah….!
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah ambillah kesombonganku dariku.”Allah berkata, “Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya. “
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.”Allah berkata, “Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.”
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah beri aku kesabaran.”Allah berkata, “Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.”
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah beri aku kebahagiaan. “Allah berkata, “Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu.”
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan.”Allah berkata, “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada-Ku.”
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.” Allah berkata, “Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.”
Ketika manusia berdo’a, “Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain,Sebesar cinta-Mu padaku.
Allah berkata… “Akhirnya kau mengerti .!!”
Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.
Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, sementara orang lain   dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.
Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya- tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan.
Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.
Cuba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam lalu kita melihat tukang ais.
Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum ais dapat mengubati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan ais.
Orang tua kita tentu lebih tahu kalau ais penyakit kita lebih parah. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan ais. Orang tua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum ais yang lazat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita.
Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya.
Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu.
Jika cepat doamu dimakbulkan, Allah sayangkanmu. Jika lewat doamu dimakbulkan, Allah sedang mengujimu. Jika doamu tidak dimakbulkan, Allah sedang merencana yang lagi baik untukmu pada masa akan datang.

wallhu'alam

zakieusof

Friday, 24 February 2012

Harga Sebuah Kemaafan






Harga Sebuah Kemaafan


Abu Hurairah meriwayatkan daripada Nabi s.a.w., Rasulullah bersabda:
Musa bin Imran bertanya: “Hai Tuhanku, siapakah hambaMu yang paling mulia di sisiMu? FirmanNya: “Siapa yang mengutamakan kemaafan sedangkan dia mampu untuk membalas kejahatan orang lain.”
Saya merasakan bahawa perkara yang paling mahal saya terpaksa bayar dalam perjalanan kehidupan ini adalah; sebuah perpisahan.
Membayarnya adalah sesuatu yang sangat menyedihkan.
Seseorang itu sepatutnya bersedia, redha, sabar di saat hati yang dihiris dengan kesedihan.
Kita selalu lupa bahawa setiap orang yang telah menambah nilai erti kehidupan kita akan berakhir. Mereka akan pergi meninggalkan kita. Atau kita jua akan berjauhan meninggalkan mereka.
Hari ini kita telah menjadi seseorang. Kita telah menemui pelbagai ragam manusia yang mungkin menyakitkan, mungkin juga menggembirakan. Kita telah pelajari sebuah kehidupan yang sebenar.
Adakah kita berterima kasih kepada mereka? Yang pernah menambah asam garam dalam resepi kehidupan ini?
TERIMA KASIH
Kita seringkali mendengar, “manusia tidak pernah lari dari buat kesilapan“, untuk kita sentiasa akui bahawa setiap orang mengaku ketidak sempurnaan dirinya.
Frasa itu juga mengajar kita bahawa “manusia belajar melalui kesilapan“, walaupun yang membuat kesilapan itu daripada orang yang lain.
Adakalanya kita rasa sakit hati atas perbuatan seseorang itu. Mungkin sakitnya hati itu tidak dirasai oleh orang yang menyakiti. Mungkin juga dia disakiti.
Namun kita tidak sedar bahawa dia mungkin pernah mengajar kita erti kehidupan lebih banyak dari apa yang dia sakitkan hati kita. Mengapakah kita terlalu keras hati sehingga terlalu mahal harga kemaafan kita?
Tak mahu bertanya sapa, tak mahu mendekati, tak mahu dan tak mahu.
Kerana mungkin kita terlalu sayangkan hati kita? Kuat merajuk? Mungkin?
SELAMAT TINGGAL
Mengapakah seseorang itu merumitkan lagi masalah dengan tidak memaafkan? Sedangkan, lebih mudah menghabiskan cerita yang rumit itu dengan memaafkan?
Kita sebenarnya telah membayar harga yang lebih mahal kerana itu, iaitu dengan memendam sakit hati, berpisah, dan dendam – hanya kerana enggan memaafkan.
Tahukah kita bahawa Rasulullah saw. telah menjadi orang yang berjaya kerana dirinya yang sangat pemaaf? Baginda dibenci, Baginda dicaci, didengki, namun kerana memahami semua itu adalah hakikat manusiawi, Baginda memaafkan.
Kita mungkin boleh berfikir sendiri, akan manusia yang sangat terpuji akhlaknya. Mungkin Rasulullah itu maksum, bersih hati jiwanya, dan kita tak mampu lakukannya. Tapi bukankah nabi diturunkan agar kita mencontohinya?
Kita bakal lagi akan diuji dengan pelbagai lagi ragam manusia.
Tetapi kita tentu akan tenteram jika kita memaafkan mereka.
Usah merumitkan lagi cerita jika penyelesaiannya hanya dengan membayar sebuah kemaafan andai mereka pernah menjadi rakan, kenalan, atau keluarga kita.
Maafkan sahaja.
Kembalilah bersaudara.
Andai Habil dibunuh kerana hilang rasa persaudaraan daripada satu pihak. Andai agama ini pernah membayar harga persaudaraan itu dengan jenuh dan letih dalam berhijrah. Mengapakah kita menggadaikan persaudaraan itu semudah-mudahnya, angkara perkara yang kecil, tetapi dibesar-besarkan?
Rugilah orang yang memutuskan persaudaraan.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” – [Al-Hujurat : 10]

wallahu'alam


zakieusof 

Tuesday, 21 February 2012

MENGHIDUPKAN QALBU DIRI

Image Detail




Menghidupkan Qalbu


Assalamu alaikum…semoga artikel ini memberikan manfaat bagi saya dan kita semua. amin
Setiap orang pasti ingin berubah untuk menjadi baik. Seorang penjahat yang kejam sekalipun pasti pernah terlintas keinginan untuk berbah menjadi baik. Namun, banyak orang yang merasa susah untuk melakukan perubahan. Sebenarnya perubahan diri tidak sulit asalkan kita punya keinginan kuat dan senantiasa istiqomah (konsisten).
Kalau ada satu keberuntungan bagi manusia dibandingkan dengan haiwan, maka itu adalah bahwa manusia memiliki kesempatan untuk ma’rifat (kesanggupan mengenal Allah). Kesanggupan ini dikaruniakan Allah karena manusia memiliki akal dan -yang terutama selkali-Qalbu. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi manusia.
Orang-orang yang yang hatinya benar-benar berfungsi akan berhasil mengenali dirinya dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenali Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini, kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya.
Karenanya, siapa pun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan Qalbunya, dia akan jahil, akan bodoh, baik dalam mengenali dirinya sendiri, lebih-lebih lagi dalam mengenal Allah Azza wa Jalla, Dzat yang telah menyernpurnakan kejadiannya dan pula mengurus tubuhnya lebih daripada apa yang bisa dia lakukan terhadap dirinya sendiri.
Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah marnpu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, apalagi merasakan indahnya hidup. Demikian pun, karena tidak mengenal Tuhannya, maka hampir dapat dipastilkan kalau yang dikenalnya hanyalah dunia ini saja, dan itu pun sebagian kecil belaka.
Akibatnya, semua perbuatannya, tidak tidak hanya diukur oleh asesoris keduniaan belaka. Dia menghargai orang sernata-mata karena orang tersebut tinggi pangkat jabatan, dan kedudukannya ataupun banyak hartanya. Demilkian pula dirinya sendiri merasa berharga di mata orang, itu karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi dibandingkan dengan orang lain. Ada pun dalam perkara harta, gelar, pangkat, dan kedudukan itu sendiri, dia tidak akan memperdulikan dari mana datangnya dan ke mana perginya karena yang penting baginya adalah ada dan tiada.
Sebahagian besar orang ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan kesungguhan untuk mengenali Qalbunya sendiri. Akibatnya, menjadi tidak sabar, apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan dunia yang serba singkat ini. Sayang sekali, Qalbu itu -berbeda dengan dunia- tidak bisa dilihat dan dirasai. Kendatipun demikian, kita hendaknya sadar bahwa hati inilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam hidup ini.
Seorang ibu yang tengah mengandung ternyata mampu menjalani hari-harinya dengan sabar, padahal jelas secara duniawi tidak menguntungkan apa pun. Yang ada malah berat melangkah, sakit, lelah, mual. Walaupun demikian, sernua itu toh tidak membuat sang ibu berbuat aniaya terhadap jabang bayi yang dikandungnya.
Datang saatnya melahirkan, apa yang dirasakan seorang ibu, selain rasa sakit yang tak terperikan. Tubuh terluka, darah bersimbah, bahkan tak jarang berjuang di ujung maut. Ketika jabang bayi berhasil terlahir ke dunia, subhanallah, sang ibu malah tersenyurn penuh bahagia.
Sang bayi yang masih merah itu pun dimomong siang malam dengan sepenuh kasih sayang. Padahal, tangisnya di tengah malam buta membuat sang ibu kurang istirahatnya. Siang malam dengan sabar ia mengganti belai yang sebentar-sebentar basah dan sebentar-sebentar najis bayi. Cucian pun tambah menggunung karena tak jarang pakaian sang ibu harus sering diganti karena si jantung hati. Akan tetapi, masya Allah, semua beban ‘derita’ itu tidak membuat ia berlaku kasar atau mencampakkan sang bayi.
Ketika tiba saatnya si buah hati belajar berjalan, ibu pun dengan seksama membimbing dan menjaganya. Hatinya selalu cemas jangan-jangan si mungil yang tampak kian hari semakin lucu itu terjatuh atau terinjak duri. Saatnya si anak harus masuk sekolah, tak kurang-kurang menjadi beban orang tua. Demikian pula ketika memasuki dunia remaja, mulai tampak kenakalannya, mulai sering membuat kesal orang tua, sungguh menjadi beban batin yang tak ringan.
Pendek kata, ketika kecil menjadi beban, sudah besar pun tak kurang-kurang menyusahkan. Begitu panjangnya rentang waktu yang harus dijalani orang tua dalam menanggung segala beban, namun begitu sedikit balas jasa anak. Bahkan tak jarang sang anak malah berbuat durhaka, menelantarkan, dan mencampakkan kedua orang tuanya begitu saja manakala tiba saatnya mereka tua renta.
Mengapa orang tua  demikian tahan untuk terus-menerus berkorban bagi anak-anaknya? Karena, keduanya mempunyai Qalbu yang dari dalamnya terpancar kasih sayang yang tulus suci. Walaupun tidak ada imbalan langsung dari sang anak, namun Qalbu yang memiliki kasih sayang inilah yang membuatnya tahan terhadap segala kesulitan dan penderitaan. Bahkan sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak menjadi beban.
Oleh karena itu, beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki kekayaan berupa harta yang banyak. Akan tetapi, yang harus selalu kita jaga dan rawat adalah kekayaan batin kita berupa Qalbu ini. Qalbu yang penuh cahaya kebenaran akan membuat pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan merasakan kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, waspadalah bila cahaya Qalbu menjadi redup karena tidak bisa tidak akan membuat pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin karena senantiasa merasa, terjauhkan dari rahmat dan pertolongan- Nya.
Allah Maha mengetahui segala lintasan hati. Dia menciptakan dunia beserta segala isinya ini dari unsur tanah dan itu berarti senyawa dengan tubuh kita karena sama-sama terbuat dari tanah. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita tidaklah cukup dengan berdzikir, tetapi harus dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan, yang ternyata sumbernya dari tanah pula.
Bila perut terasa lapar, maka kita santap aneka makanan, yang sumbernya ternyata dari tanah. Bila tubuh kedinginan, kita pun mengenakan pakaian, yang bisa ditelusuri ternyata unsur-unsurnya bersumber dari tanah. Demikian pula bila suatu ketika tubuh kita menderita sakit, maka dicarilah obat-obatan, yang juga diolah dari komponen-komponen yang berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk segala keperluan tubuh kita mencarikan jawabannya dari tanah. Akan tetapi, kalbu ini ternyata fidak senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga. ia hanya akan terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya, serta kebersihannya semata-mata dengan mengingat Allah. Waa bi dzikrillaahi tathmaInnul quluub.”[Q.S. Ar-Rad (13): 28]. Camkan, hatimu hanya akan tenteram jikalau engkau selalu ingat kepada Allah.
Kita akan mempunyai banyak keperluan untuk fisikal kita, tetapi kita pun memiliki keperluan untuk kalbu kita. Karenanya, marilah kita mengarungi dunia ini sambil memenuhi keperluan fizikal dengan unsur dunia, tetapi kalbu atau Qalbu kita tetap tertambat kepada Dzat Pemilik dunia. Dengan kata lain, tubuh kita sibuk dengan urusan dunia, tetapi hati kita harus sibuk dengan Allah yang memiliki dunia. Inilah sebenamya yang paling harus kita lakukan.
Sekali kita salah dalam mengelola hati -tubuh dan hati sama- sama sibuk dengan urusan dunia -kita. pun akan stress jadinya. Hari-hari pun akan senantiasa diliputi kecemasan. Kita akan takut ada yang menghalangi, takut tidak kebahagian, takut terhantuk, dan seterusnya. Ini semua. diakibatkan sibuknya seluruh jasmani dan ruhani kita dengan urusan dunia semata.
Inilah sebenarnya yang sangat potensial membuat redupnya Qalbu kita. Kita sangat perlu meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami musibah semacam ini. 
Wallaahu a’lam.
zakieusof